10 Hal yang Harus Dipahami Tentang Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif (OCPD)

10 Hal yang Harus Dipahami Tentang Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif (OCPD)

poltekkestasikmalaya.com – Sering banget orang salah kaprah antara OCPD dan OCD. Padahal, keduanya beda loh, meskipun sama-sama ada kata “obsesif kompulsif”-nya. OCPD itu gangguan kepribadian, bukan gangguan kecemasan seperti OCD. Tapi karena banyak yang belum tahu, penderita OCPD sering disalahpahami, bahkan dianggap “cuma perfeksionis aja”.

Tulisan ini aku buat di poltekkestasikmalaya.com supaya kamu bisa mengenali lebih dalam soal OCPD, baik buat diri sendiri atau orang-orang di sekitar yang mungkin mengalaminya. Karena semakin kita paham, semakin kita bisa menghadapi dan mendukung dengan cara yang lebih bijak dan penuh empati. Yuk, simak 10 hal penting tentang OCPD yang sering luput dari perhatian.

1. OCPD Beda Banget Sama OCD

Yang pertama dan paling penting: OCPD bukan OCD. Kalau OCD biasanya berhubungan sama dorongan untuk melakukan ritual atau tindakan tertentu agar kecemasan mereda, OCPD lebih ke kepribadian yang kaku, perfeksionis ekstrem, dan butuh kontrol tinggi dalam segala hal. Orang dengan OCPD merasa cara mereka itu paling benar dan susah banget nerima cara orang lain.

2. Perfeksionisme yang Menyulitkan

Penderita OCPD cenderung perfeksionis sampai ke titik yang menyulitkan diri sendiri dan orang lain. Misalnya, pekerjaan nggak akan selesai-selesai karena mereka terus ngulang dan ngoreksi hal-hal kecil. Bukannya hasilnya makin bagus, malah sering jadi terbengkalai karena terlalu fokus pada detail yang nggak penting.

3. Susah Delegasi Tugas

Orang dengan OCPD sering merasa orang lain nggak bisa melakukan sesuatu sebaik mereka. Karena itu, mereka jadi susah mendelegasikan tugas. Kalau pun terpaksa, mereka akan terus mengawasi dan memberi koreksi sampai bikin orang lain ngerasa nggak nyaman.

4. Sangat Terikat pada Aturan dan Struktur

Buat penderita OCPD, aturan itu segalanya. Mereka merasa tenang kalau semuanya terstruktur dan teratur. Tapi hal ini bisa bikin mereka jadi sangat kaku dan sulit menerima perubahan. Bahkan hal kecil yang keluar dari rencana bisa bikin mereka stres atau frustrasi.

5. Sulit Menunjukkan Emosi

OCPD juga bisa mempengaruhi cara seseorang mengekspresikan emosi. Mereka cenderung lebih dingin, kaku, dan nggak nyaman menunjukkan kasih sayang atau kehangatan. Bukan karena nggak peduli, tapi karena ekspresi emosi dianggap sebagai kelemahan atau sesuatu yang nggak perlu.

6. Cenderung Menunda Keputusan

Karena takut salah atau takut hasilnya nggak sempurna, penderita OCPD bisa sangat lama mengambil keputusan. Mereka akan terus menganalisis, mempertimbangkan, dan membandingkan opsi sampai akhirnya kewalahan sendiri. Proses ini bisa menghambat banyak hal, terutama dalam pekerjaan atau hubungan.

7. Sering Terlihat “Benar Sendiri”

Orang dengan OCPD sering merasa pendapat mereka paling logis dan masuk akal. Akibatnya, mereka bisa keras kepala dan susah kompromi. Ini bisa menimbulkan konflik dalam hubungan, karena mereka kurang bisa menerima sudut pandang yang berbeda.

8. Bisa Menyebabkan Masalah dalam Hubungan

Perfeksionisme dan sikap “nggak pernah cukup” bisa bikin orang di sekitar merasa lelah. Pasangan, teman, atau rekan kerja bisa merasa ditekan, dikritik terus, atau nggak pernah bisa memenuhi ekspektasi. Kalau nggak dikomunikasikan dengan baik, hubungan bisa jadi renggang atau penuh ketegangan.

9. Mereka Sadar tapi Sulit Mengubah

Banyak orang dengan OCPD sebenarnya sadar bahwa sifat mereka bisa menyusahkan, tapi mereka juga ngerasa itu bagian dari “menjalani hidup dengan benar”. Jadi, meskipun sadar, mereka sering merasa kesulitan untuk berubah karena sudah terbiasa dengan cara hidup seperti itu.

10. Bisa Dikelola dengan Terapi

Kabar baiknya, OCPD bisa ditangani dengan terapi. Terapi perilaku kognitif (CBT) bisa membantu mereka memahami pola pikirnya dan belajar cara baru untuk berinteraksi tanpa harus selalu sempurna atau mengontrol segalanya. Prosesnya memang nggak instan, tapi bisa bikin hidup mereka (dan orang-orang di sekitar) jadi jauh lebih nyaman.

Penutup

Gangguan kepribadian obsesif kompulsif (OCPD) itu lebih dari sekadar perfeksionisme. Lewat artikel di poltekkestasikmalaya.com ini, semoga kamu jadi lebih paham bahwa OCPD bukan soal “cuma gitu aja” atau “bisa diubah asal niat”. Ini soal kepribadian yang terbentuk dari waktu ke waktu dan butuh pendekatan yang sabar, empatik, dan terarah.

Kalau kamu mengenali ciri-ciri OCPD pada diri sendiri atau orang terdekat, langkah awal yang bisa kamu ambil adalah membuka ruang diskusi dan mempertimbangkan bantuan profesional. Karena memahami adalah langkah pertama untuk merangkul perubahan.